Sunday, 3 December 2017

Prolog





Di pagi hari, tepatnya di sebuah rumah dengan cat berwarna cream, les dan pntu yang berwana coklat serta berpagarkan tembok abu – abu yang membatasi antara lingkungan rumah itu dan jalan. Pada tembok itu bertuliskan ‘Kiyomizu’, nama dari keluarga sang pemilik rumah.Halaman di sekitar bangunan rumah terlihat sangat fresh dengan pemandangan hijau hingga pohon sakura yang berada di halaman tersebut.


“Hmm~ hm~ hm~ hm~ hmm~”

Di ruangan yang penuh dengan peralatan memasak, seorang wanita tengah sibuk dengan pisau, tangannya yang asyik mengiris sebuah bawang di atas cutting board itu terlihat anggun seperti tangan seorang juru masak professional. Dia meletakkan teflon di atas kompor lalu menyalakannya dengan menekan tombol yang ada di kompor tersebut dan mengatur radius panasnya hingga membuat api yang berwana jingga dengan ujung berwarna biru itu yang semulanya kecil menjadi lebih besar.

“Apa mereka sudah bangun ya?”

Wanita itu bermonolog, sambil memasukkan irisan bawang itu ke dalam teplon yang sudah diberi minyak olehnya. Mengaduk – aduk bawang itu dengan sumpit yang dia jepit ujung atasnya di selipan antara jari tengah dan telunjuknya, juga dengan jari jempolnya guna untuk menggerakkan sumpitnya, kemudian memasukkan bebrapa bahan makanan lainnya sekaligus lalu mengaduknya lagi.

“Hmmmm~”

Dia menghirup aroma dari masakan yang dia masak sendiri, dia menyicipi maknan tersebut.

Bibirnya yang pink itu terangkat ke atas bersamaan dengan mulutnya yang terbuka.

Makanan itu masuk, dan dikunyah olehnya.

“Yosh! Sempurna!”

“Makanan buatanmu pasti selalu terasa sempurna”

Wanita itu membalikkan badannya melihat ke asal suara.

Wanita yang sebenarnya sudah berkepala tiga itu terlihat masih muda, dengan apron di yang terikat di pinggangnya. Rambut coklatnya yang di sanggul memperlihatkan lekuk leher jenjangnya. Wajahnya merona mendapat pujian dari pria yang di hadapannya sekarang.

“Anata, kau selalu saja menggodaku”

“Aku idak menggodamu, itu adalah hal yang nyata”

Pria itu berjalan ke arah wanita itu dan ikut mencicip makanan itu.

“Hmm~ ternyata benar, masakanmu yang terbaik”

“—Tunggu! Sebaiknya kau memakannya bersama anak – anak”

“Ahaha maaf, aku tidak tahan untuk tidak mencicipi makanan buatanmu”

Pria itu duduk di kursi yang berada di dekat meja makan, kedua tangannya terlipat di atas meja makan lalu mengubah posisi tangannya menjadi menumpu kepalanya, tangan kirinya membuat kepalan dan meletakkannya di dagunya. Kepalanya yang yang berposisi miring kek kiri membuat rambutnya yang berwarna coklat juga ikut jatu mengikuti kemiringan kepalanya, senyum di bibirnya terus mengembang melihat sang istri yang asyik menghidangkan makanan untuk sarapan mereka.

“Tou – san! Kaa – san!”

Seorang anak kecil berlarian dari tangga.

“Oh! Shin!”

Sang anak langsung berlari ke arah pria itu dan melompat memeluknya.

“Ohayou, tou – san!”

Anak itu berucap sambil memandang ke atasnya, melihat ayahnya.

“Ohayou Shin – kun”

Pria itu menjawab salam pagi dari anaknya.kmudian tersenyum, lalu menggendong anaknya dudukI pangkuannya

“Ohayou kaa – san!

Memberi salam pada ibunya yang bejalan ke arah mereka dengan membawa makanan dan meletakkannya di atas meja makan.

“Hai~ ohayou, Shin – kun~”

Sang ibu membalasnya kemudian tersenyum.

Anak itu melihat ke arah makanan yang sudah di sajikan oleh ibunya.

“—Whoaaaa”


Kemudian mlihat ke arah ibunya.

“Ini masakan ibu!”

“Ya!”

“Kelihatan enak~”

Wanita itu tersenyum melihat tingkah lucu anaknya yang polo situ.

“Semua ibu masakkan untuk Shin – kun, Ayah dan untuk Mirai – nee”


Wajah berbinar terlihat dari wajah anak itu.

“Shin – kun, sebaiknya cepat kau bangunkan kakakmu, jika tidak nanti kita bisa telat”

Sambil mengelus kepala anaknya, pria itu menyuruh anaknya untuk membangunkan kakaknya.

“Um!”

Anak berumur 6 tahun itu beranjak dari pangkuan ayahnya dan berlari menaiki tangga menuju kamar kakaknya

Sebagai orang tua mereka sangat senang dangan karakter anaknya yang selalu periang.

Sang istri melepaskan apronnya dan ikut duduk engan suaminya. Pria itu melihat istrinya dan tersenyum, di balaskan dengan istri yang tersenyum juga.


“Onee – chan!”

Anak itu sampai ke ujung tangga, lalu berlari menuju sebuah kamar yang pintunya masih tertutup rapat. Tangan kecilnya mengepal dan bersiap untuk mengetuk pintu kamar kakaknya.

Kreeeet~

Pintu kamar terbuka membuat anak itu mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintunya. Seorang gadis berumur 14 tahun keluar dari kamar itu. Tubuhnya yang lebih tinggi dari anak itu, rambut panjang ikal tegurai berwarna sama dengan warna rambut anak itu, yaitu coklat.

“Baiklah, baiklah… Kakak mengerti—“

Membungkukkan sedikit badannya dan mengelus kepala adiknya.

“Ayo!”

“Um!”

Mereka berdua turun berjalan melewati anak tangga selangkah demi selangkah, adik yang berjalan di belakang kakak nya menuruni anak tangga tersebut dengan tergesa – gesa, tidak sabar dengan sang kakak yang berjalan pelan di depannya.

Sesampai di akhir anak tangga, bocah itu langsung melawati kakaknya dan berlari ke arah dapur.

“—Hey, hati – hati! Itu berbahaya!”

“Thehehehe…”

Mendapat respon seperti itu membuat sang kakak menghela nafas. Berpikir mau bagaimana lagi, seperti itulah adiknya, aktif dan selalu bersemangat juga ceria.

Melihat ibu dan ayahnya sudah duduk di depan meja makan.

“Tou – san, Onee – chan sudah bangun!”

“Bagus! Kemarilah”

“Ya!”

Anak itu berjalan menuju kursinya dan duduk dengan manis. Di susul oleh kakak yang datang berjalan ke kursinya

“Ohayou kaa – san, tou – san”

“Ohayou Mirai” mereka berdua menjawab bersamaan.

Suasana di dapur itu sangat hangat, anak dan orang tua yang terlihat akrab mengobrol dan bercanda. Terkadang sang ibu memarahi mereka akibat terlalu sering mengobrol saat makan.



“Ayo cepat!”


Pria itu menyalakan mobilnya.

Anak dan istrinya yang belum masuk bergegas masuk kedalam mobil

Hari ini, mereka berempat berniat untuk pergi berlibur ketempat pemandian air panas yang memiliki penginapan. Saat berkendara pasangan suami istri itu mengobrol, sang istri yang mengajak ngobrol suaminya agar tidak merasa ngantuk di perjalanan. Mereka melawati jalan berbukitan dimana keindahan alam yang masih alami terlihat di sepanjang jalan, pepohonan yang berdaun hijau juga tampak di sepanjang jalan.

Setelah menempuh perjalanan yang jauh hingga memakan waktu selama sejam menuju ke tempat tujuan sang anak sudah tertidur, wanita itu melihat ke arah belakang dan tersenyum kemudian mengrahkan kembali pandangannya ke depan.

“Bukankah ini membahagiakan…”

Pria itu melirik sebentar ke arah istrinya, lalu kembali memefokuskan pandangannya pada jalan

“Ya, sangat membahagiakan…”

“Um, aku tidak menyangka bahwa kehidupan kita akan sebahagia ini”

“……”

“Tapi—“

“Hahh~ lihat tempat penginapannya sudah terlihat!”

“Ah! Benar—“

Wanita itu terlihat terkagum dengan pemandangan di daerah penginapan itu, penginapan yang masih terlihat tradisional dengan pepohonan di sekitarnya. Walaupun masih terlihat jauh, tapi penginapan yang berada di dataran tinggi itu masih terlihat menakjubkan

“Ne…”

“Um?”

Lebih baik sekarang kita jangan memikirkan hal itu dulu”

“……”

“Apa pun yang terjadi kedepannya, kita akan selalu bersama sebagai satu keluarga”

“Ya….”

“Sebagai kepala keluarga, aku tidak akan membiarkan keluargaku hancur dan kalau pun hancur aku tidak akan mem
Pria itu melirik anaknya melalui cermin di atasnya.

“…Bagaimana pun juga aku akan melindungi keluargaku”

Kemudian melihat ke arah istrinya dengan serius.

“Aku percaya…”

“Ya…”

“…Terimakasih”



“Waaahhhh~”

Mereka semua serentak terkagum dengan pesona pada lingkungan sekitar penginapan yang fresh, pepohonan diamana – mana, dari penginapan itu mereka juga dapat melihat sunshine dikarenakan penginapan itu berada di ataran tinggi dan mengarah ke arah barat, walaupun setelah sampai mereka tidak langsung bertemu dengan penginapannya. Mereka terlebih dahulu harus melewati jalan yang tidak beraspal dan berjalan kaki akibat jalan yang mereka lalui adalah jalan bertanah bukan beraspal


“Selamat datang”

Seorang pealayan wanita berpakaian tradsional datang menghampiri mereka

“Saya akan menunjukkan kamarnya”

“Ya, terimakasih”

Mereka berempat berjalan mengikuti pelayan itu menuju kamar yang sebelumnya sudah mereka booking

“Silahkan, ini kamarnya”

Pelayan itu membungkuk hormat

“Ah! Terimaksih”

Pria itu juga membungkukkan sedikit badannya

“Kalau begitu saya mohon permisi, selamat menikmati waktu anda dan keluarga anda”

“Ya…”

Pelayan itu pergi meninggalkn mereka yang masih berdiri di depan kamar itu

Pria itu menggeser pintu geser itu, ruangan itu kosong tidak berisikan apa pun tapi memiliki lemari yang berisikan dua futon yang masing – masing satu dari futon itu dapat menampung dua orang

Mereka meletakkan tas mereka di ruangan itu.

“Tou – san, aku ingin melihat – lihat sekeliling penginapan, boleh?”

Si anak perempuan meminta izin

"Baiklah, tapi jangan terlalu jauh. Karena kita tidak tau lokasi di tempat ini seperti apa"

"baiklah"

Sang anak mengangguk setuju dengan apa yang di katakan ayahnya, lalu berjalan meninggalkan ruangan kamar itu

"Onee - chan!"

Si adik memanggil kakaknya

"Nani?"

Membalikkan badannya melihat sang adik yang mengikutinya dari belakang

"Bolehkah aku ikut?"

Raut wajah imut memohon terpampang jelas di wajah adiknya itu. Melihat itu si kakak ingin tertawa tetapi di tahan

"Baiklah, Shin - kun boleh ikut!"

Mendapat respon positif dari kakaknya si adik tersenyum lebar dan membuat sebuah cengiran

"Ayo!"

"Um!"


Kakak memegang tangan adiknya yang mungil, mereka keluar dari ruangan kamar itu dan berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan. Adik yang terlihat lebih pendek dari kakaknya itu memegang tangan kakaknya yang tinggi membuat tangannya tergantung, dia memegang tangan kakaknya dengan kuat agar tidak tersesat.

Mereka berjalan menyusuri balkon yang ada di rumah tradisional itu melihat sekeliling halaman penginapan yang di tumbuhi banyak tanaman pepohonan. Di halaman itu terdapat sebuah kolam ikan kecil, ada beberapa ikan kecil yang berenang di kolam itu dan itu menarik perhatian sang adik untuk mendekati kolam itu

Dia melepaskan tangannya dari sang kakak lalu berlari menuju kolam kecil itu.

"Lihat Onee - chan! Banyak ikan disini"

"Mana?"

Karena penasaran si kakak juga ikut menyusul adiknya untuk melihat apa yang sudah di temukan adiknya itu, melihat ikan kecil yang banyak berenang kesana kemari.

Whooaa! Aku harus memngambil fotonya"

Mencari camera di dalam tas samping kecilnya, ternyata tidak ada ada

Sang adik melihat si kakak dengan tampang polosnya

"Tunggu sebentar disini, kakak harus kembali ke kamar"

"Kenapa?"


"Kakak meninggalkan kamera di kamar kita, dan kita harus mengambil foto ikan ini sebagai kenang - kenangan"

"Um! Baiklah!"

Sang adik mengangguk setuju dengan penjelan kakaknya.

"Tunggu disini, jangan kemana - mana, oke?"

"Um!"

Kakak pergi meninggalkan adiknya sendiri di dekat kolam kecil itu

Anak kecil yang polos itu terlihat riang melihat ikan yang berenang kesana kemari

Sreeekk!

Terdengar suara dari semak yang ada di dekatnya.

"Eh?"

Anak itu melihat ke arah semak yang bergoyang di samping kanannya.

Akibat penasaran, dia berjalan mendekati semak itu, takut -takut untuk mendekatinya.

Penasaran

Bocah itu menyibakkan semak itu sedikit, mencari - cari apa yang membuat semak itu bergoyang dengan sendiri.

Terlihat

Seorang anak kecil dengan tubuh yang lebih mungil darinya tertidur meringkuk memeluk lututnya. Tubunya di penuhi luka dan terlihat kotor itu gemetaran. Kepalanya yang bermahkotakan rambut pendek berwarna hitam itu tergeletak di atas tanah yang kotor

Matanya terbuka dengan pelan, menampakkan seorang anak kecil yang berdiri di hadapannya dengan menatap dirinya prihatin. Mata berwana hazel itu terlihat tidak memperlihatkan emosi apa - apa, yang ada hanyalah ke hampaan.

"Ano... apa kau baik - baik saja?"

Tidak ada suara yang keluar, hanya sebuah anggukan pelan yang di berikan oleh anak kecil itu.

Gruuuukkk~

Suara perut lapar anak kecil itu terdengar sampai ke pendengaran anak lelaki itu

Wajahnya merona malu

"Thehehe... apa kau lapar?"

Anak itu mengangguk dengan wajah tersipu

"—Baiklah, keluarlah dari situ"

Bocah itu memasukan tangannya ke saku celananya.

"Lihat! Aku memiliki beberapa cemilan, ayo kita makan!"

Bocah mengeluarkan cengiran khasnya kepada anak kecil itu.

Mata hazelnya menapat bocah itu, badannya bergerak perlahan keluar dari semak itu, dia merangkak keluar, di bantu oleh bocah itu yang mengulurkan tangannya kemudian di balas oleh anak itu dengan memegang tangan bocah itu. Untuk pertama kalinya bocah kecil itu melihat dengan jelas bagaimana wujud dari anak kecil itu, seorang anak perempuan yang manis. Itulah kesan pertama yang dia pikirkan kepada anak perempuan itu.

Wajahnya tersipu melihat wajah gadis cilik itu, badannya yang mungil penuh dengan luka dan kotor memakai pakaian terusan berwarna kuning dengan lengan yang tidak tertutup.

"Ah! Ayo sini!"

"Um..."

Mereka berdua memakan cemilan itu di bawah pohon yang ada di penginapan itu dengan diam. Bocah lelaki itu diam - diam melirik ke arah anak itu, dia berpikir apa yang terjadi

sampai anak itu bisa mendapatkan luka sebanyak itu.

"—Ano, apa yang kau lakukan disini?"

Anak kecil itu hanya terdiam tidak menjawab, acara makannya pun terhenti akbit pertanyaan dari bocah itu.

Makanan mereka habis, tetapi kelihatannya anak itu masih merasa lapar.

"Tunggu disini! Aku akan mengambil makanan lagi!"

Anak kecil itu terdiam dan mengangguk.


Bocah lelaki itu berlarian di balkon penginapan itu, membuka pintu geres dan masuk ke ruang kamar mereka.

"Ah! Shin - kun, ada apa?"

"Onee - chan, boleh aku minta beberapa cemilan?"

"Untuk apa?"

Sang kakak bergerak mengambilkan beberapa makanan yang ada di dalam tas mereka.

Mendapatkan cemilannya lalu berjalan ke arah bocah kecil yang terlihat ngos - ngosan itu, kemudian memberikan makanan itu padanya.

"Ini?"

"Arigatou Onee - chan!"

Bocah itu langsung mengambilnya dan pergi berlari dari tempat itu

"Sebenarnya ada apa..."

Dia kembali ke bawah pohon itu, tetapi anak kecil yang tadi bersamanya tidak ada disitu. Dia melihat kesekelilingnya, tidak ada. Kemudian dia berjalan ke arah semak dimana pertama kali mereka bertemu, tidak ada juga.

"Kemana dia..."

Bocah itu duduk bersandar di bawah pohon itu sambil memegang makanan yang dia bawa.



Malam hari, penginapan itu di penuhi oleh cahaya kunang -kunang yang berterbangan, cahaya hijau yang kecil itu terbang dengan bebasnya

Pria itu, berjalan bersama anak lelakinya dengan berpegangan tangan, berjalan di sepanjang balkon penginapan, bertujuan untuk ketempat pemandian air panas.

"Ada apa? Kelihatannya kau banyak  berdiam malam ini"

Anak itu melihat ayahnya, kepalanya yang terangkat keatas melihat sang ayah yang tinggi tetapi dia hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan dari sang ayah, lalu menunduk lagi

Sang ayah yang melihat tingkah laku aneh anaknya menjadi tidak ingin melanjutkan pertanyaannya dan mereka hanya berjalan dengan diam di sepanjang jalan

Di tempat pemandian air panas terbuka.


"Wah... ternyata penginapan ini memiliki tempat pemandian air panas yang terbuka"

Pria itu, hanya mengenakan handuk yang memiliti pinggulnya. kabut tebal di tempat itu membuat seluruh area itu tidak kelihatan. Pria itu berjalan memasuki air dan di susul dengan anaknya yang berjalan di belakang.

"Hahh~ setelah menempuh perjalanan yang panjang, mengistirahatkan badan di pemandian ini sangatlah menyegarkan, benarkan begitu Shin - kun?"

"Um..."

Sang ayah bersandar di tepian kolam pemandian itu. kepalanya menengadah ke atas, melihat pemandangan langit yang di penuhi oleh bintang dan bulan yang terang.

"Shin - kun..."

Memanggil anaknya yang di balas dengan tatapan sang anak kepada ayahnya

"Apakah kamu tau, bahwa di dunia ini memiliki banyak keunikan..."

Sang anak menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari ayahnya

Jika kau sudah dewasa, ayah ingin kau menjadi lebih kuat..."

Pria itu menapat anaknya lalu meluruskan pandangannya lagi

"...Jika kamu sudah memiliki hal yang ingin kamu lindungi, suatu saat kamu akan tau apa pentingnya menjadi kuat"

"...Melindungi hal yang penting..."

"Jika kau tidak kuat, akan banyak orang yang akan tersakiti nantinya... jadi, menjadi kuatlah untuk melindungi sesuatu, bukan untuk mendapatkan sesuatu..."

Sang ayah tersenyum kepada anaknya yang terlihat masih bingung dengan apa yang di katakan ayahnya.


Malam itu, ayah dan anak menghabiskan waktu berendam sebelum waktu makan malam. Bintang yang terlihat di atas langit malam itu pun ikut serta menemani keakraban anak dan orang tua itu….

4 comments: