Wednesday, 6 December 2017
BAB 1: Pertemuan
BAB 1: Pertemuan
Bagian 1
“Hmmm~”
Mentari masuk dari celah gorden, ruangan yang agak gelap itu, sesorang masih asyik tertidur. Menggereskan badannya ke kiri dan ke kanan, mulai merasa tidak nyaman. Dia membuka matanya, mengucek – ngucek matanya, matanya yang berwana coklat itu terbuka. Lalu duduk di pinggiran ranjangnya.
“Hooaamm~”
“…Sepertinya semalam aku bermimpi buruk, bertemu dengan gadis cantik, berkata dia akan tinggal bersamaku dan ingin menjagaku…”
Sebelumnya
“Terimakasih atas kerjanya~”
“Aaa!”
“—Kiyozumi-kun, apa kau tidak ingin ikut ke pantai besok?”
“Itu... aku tidak tau bisa atau tidaknya, karena tiak seharusnya aku besenang – senang selagi PRku belum selesai—”
Ditempatku bekerja ini, kariyawan disini sangat ramah. Bahkan, mereka sampai mau membantuku mengerjakan PR musim panasku. Sebenarnya aku merasa tidak enak untuk menolak ajakan mereka, mengingat mereka sudah banyak membantuku.
“Tapi—”
“Sudahlah jangan terlalu dipikirkan tapi jika ada masalah dengan tugas sekolahmu jangan segan untuk bertanya pada kami, oke?”
“Baiklah…”
Membereskan tasku.
“…Aku pulang duluan!”
“Ya! Hati – hati di jalan, Kiyomizu-kun”
Pada bulan ini, hari-hari lebih terasa panas dari pada biasanya. Namaku Kiyomizu Shin. Aku siswa SMA tingkat 2, dan tepat di musim panas ini aku menghabiskan sebagian besar waktuku untuk bekerja sambilan. Sudah hampir 2 tahun aku di tinggal oleh keluargaku dan itu membuatku depresi dan menjadi sukar untuk bergaul dengan orang lain
Teringat kembali
Waktu itu, aku yang baru saja naik ke tingkat SMA terkena demam tinggi tepat di waktu musim dingin yang di penuhi dengan salju yang turun dari atas langit, aku tidak bisa ikut ke acara pertemuan orang tuaku dengan klien kerjanya di sebuah hotel. Ayah, ibu dan kakak perempuanku pergi dan hanya aku sendirian dirumah. Aku menunggu mereka pulang hingga larut malam, htiku gelisah dan tidak tenang khawatir terjadi hal yang tidak di inginkan
“Mereka lama…”
Badanku yang lemas tergeletak di atas kasur. Suhu waktu itu sangatlah dingin, salju putih yang terus turun terlihat dari jendela kamarku
Ting tong~
Bel rumahku berbunyi
Aku langsung beranjak bangun dari kasurku
“Lama…”
Aku berlari menuruni kamar menuju pintu depan, ingin bertanya pada mereka kenapa pulang begitu lama setelah sampai di hadapan pintu aku membuka into itu dengan tergesa-gesa.
“Ken—”
”Permisi”
“Eh”
Sesorang pria dengan mengenakan jas datang kerumahku, wajahnya terlihat memelas
“Maaf apa anda anak lelaki dari eluarga Kiyomizu”
“Ya…”
Aku tertegun melihat orang yang datang tenyata berbeda dari apa yang aku harapkan
“Begini…”
Dia menjelaskan maksud kedatangannya, dia menjelaskan banyak hal yang membuatku syok dan menutup telingaku karena tidak sanggup mendengarkan apa yangdia katakan. Emosiku tdak stabil
“Apa yang kau katakan!”
Aku membentak pria itu
“Jangan berbohong!”
Aku melhat pria itu tertegun dengan perkataanku dan aku yang melihat eksperinya langsung menutup tintu dengan kuat
Aku berdiri bersandar di pintu itu, aku menutup telingaku tidak percaya dengan apa yang ku dengan. Badanku perlahan mulai merosot jatuh ke bawah.
“Tou-san, Kaa-san... Onee-san”
Lalu semua pandanganku menjadi gelap.
Tapi, sekarang depresiku mulai bekurang akibat banyaknya dukungan dari orang lain
Melihat jam tanganku
Ternyata sudah jam 08:40PM, lebih baik aku jalan lewat taman saja.
“Ternyata lebih sepi dari yang ku bayangkan…”
Pikiranku mulai melayang entah kemana. Ketika aku melihat ke salah satu bangku taman disana, aku melihat ada seorang gadis duduk. Wajahnya tidak terlihat terlalu jelas karena gelapnya malam. Berjalan ke arahku.
Dekat.
Semakin dekat.
Dan wajahnya pun terlihat, gadis itu membuatku terkagum.
Rambut hitamnya yang panjang tergurai;
Mata berwarna hazel;
Seketika itu juga pandangan mataku tidak bisa lepas melihatnya dari atas hingga kebawah. Dia menenatapku dengan pandangan innocent.
“A-a itu maaf apa ada yan—“
“—Kiyomizu Shin…”
“Eh?”
“Mulai saat ini dan seterusnya aku akan tinggal bersamamu dan menjagamu”
“Ap— Ehhh?!!”
Dia membayangkan gadis cantik yang datang menemuinya itu, walaupun dia merasa bahwa itu mungkin hanya sebuah mimpi belaka
Wajahnya yang cantik, mata hazel dengan tatapan polos dan terkesan dingin, rambut hitam yang tergurai begitu saja, bibirnya yang berbicara dengan lembut lalu—
“Heeh!!”
“Sebenarnya apa yang kupikirkan—“
Mengacak – acak rambutnya.
“—Apakah hanya karena gadis yang kawaii pikiranku langsung menjadi sepert ini…”
“Tou-san, kaa-san. Maafkan anakmu yang hentai ini!”
Melihat ke arah bingkai foto di atas meja, foto sewaktu hari kelulusan SMP —berjalan kearah foto tersebut. Di foto itu terlhat Shin yang memakai seragam gakuran sedang tersenyum lebar dan di dampingi oleh kedua orang serta kakak perempuannya.
”…Sudah hampir dua tahun ya…”
“…Kira – kira apa yang sedang mereka lakukan disana ya…”
Wajahnya mulai terlihat muram.
“Hahh~”
—Dia menepuk – nepuk kedua pipinya, terlihat mulai bersemangat lagi.
“Yoosshh!”
Kembali bersemangat, dia merapikan kasurnya..
Jam menujukkan pukul 07:12A.
“Sebaiknya aku bangun lebih awal…”
—Gruuu~
“—Haaha”
“…Lebih baik aku sarapan sekarang…”
Aroma sedap tercium dari indra penciumannya. Merasa ada yang aneh, ia mencoba memeriksa ke dapur, dari kamar dia berlari turun tangga menu dapurnya—
Dan..
Seorang gadis sedang membelakanginya, sedang memasak dengan santainya. Pikirannya blank dengan seketika. Rambutnya yang hitam panjang di ikat kuncir kuda.
“—siapa….?”
Gumaman Shin tidak terengar sama sekali oleh gadis itu, terlintas dipikirannya tentang mimpi gadis innocent yang ingin tinggal bersamanya. Takut – takut hal itu menjadi kenyataan, dia memberanikan diri untuk bertanya langsung.
“A-ano, Siapa—?”
Gadis itu terkaget dan membalikkan badannya.
“—Nakasima-san..?”
“Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau bisa masuk??”
“Sebagai tetangga yang baik bukankah membantu tetangga lain itu adalah hal yang wajar—“
“Ibuku juga menyuruhku untuk melihat bagaimana kodisimu, karena semalam wajahmu terlihat pucat”
“…Lagipula tidak ada salahnya aku mengkhawairkan orang yang aku sukai…”
Nakashima Kameko, adalah temannya sejak kecil. Mereka sudah bertetangga sejak lama dari sebelum keluarganya meninggal dan yang membantu mengurus dia adalah orang tua Kameko. Jadi tidak lah mengherankan jika Kameko bisa bebas masuk ke rumahnya walaupun akhirnya membuat dia jadi terkaget.
“Hm? Barusan kau berkata apa?”
“Y-Ya bukan apa - apa— thehee..”
Kameko tersipu malu, wajahnya yang memerah dan tertutup oleh poninya.
“Oy Nakashima-san.. apa kau baik – baik saja?”
“—Tidak, aku baik – baik saja…”
“…Lalu kenapa wajahmu memerah?”
“——“
Menempelkan telapak tanggannya ke dahi Kameko. Blush, wajahnya semakin memerah, seketika mundur dengan cepat.
“Ternyata benar! Badanmu panas! Sebaiknya kau istirahat apa perl—“
“—Jangan mendekat HENTAII!!”
Kameko menendangnya dengan sekuat tenaganya.
“Uuuwaaaaa!!!”
. . . .
“……”
“Maaf!”
“Apa maksudnya ini—“
“Aku benar – benar minta maa!”
Terlihat dari wajahnya memar di bagian kiri akibat dari tendangan Kameko
“Dari pada itu lebih baik kita sarapan dulu, oke?”
“—Iya iya, lagi pula dari tadi aku sudah merasa lapar”
Mereka makan bersama.
“….”
“Kenapa kau menatapku?”
“Itu, sebenarnya apa yang terjadi denganmu semalam?”
“—Semalam?”
“Ya…”
“Entahlah.. aku sendiri juga tidak begitu ingat..”
Tiba – tiba teringat kembali dengan gadis itu, Shin berpikir jika memang gadis itu benar bertemu dengannya semalam dan bukan mimpi berarti sekarang gadis itu ada di dekatnya, mengingat perkataannya.
‘Apa ini, semalam aku bertemu dengan gadis itu sesudah pulang dari kerja sambilan. Berarti, aku bertemu dia secara langsung dan bukan mimpi…’
“Kiyomizu- kun.. ada apa?”
“—Eh?”
“…Apa semalam terjadi sesuatu?”
“…Mungkin saja…”
Tatapan matanya mulai serius.
“Sebenarnya semalam aku bertemu dengan seorang gadis, lalu—“
“—HAH!!”
Kameko langsung berdiri sambil menggebrak meja makan alhasil makanan yang ada juga ikut loncat dari meja makan.
“A-apa yang kau l-lakukan bertemu dengan seorang g-gadis di waktu malam—“
“T-tunggu, apa maksudmu?”
“—Kau bertemu dengan seorang gadis di malam hari, b-bukankah itu—“
“Tentu saja bukan! Kau belum mendengarkan ceritaku hingga selesai!”
“A-aa benar juga.. ahaha…”
“Hahh~ kau ini..”
Kameko kembali duduk.
“Lalu, ada apa dengan gadis itu..?”
Ia menarik nafasnya dan menutup matanya sejenak kemudian menatap Kameko lagi.
“—Aku tidak ingat pernah bertemu dengan gadis itu sebelumnya, tapi dia tau namaku…”
Kameko menatap Shin dengan serius, terkadang wajah Kameko merona saat melihat Shin berbicara.
“…Dan yang yang paling mengejutkan, gadis itu bilang kalau dia akan tinggal bersamaku dan menjagaku—“
Terdiam.
“———“
CTAARRR!!!
Bagaikan disambar petir, Kameko sangat kaget mendengar cerita Shin yang mengatakan jika gadis itu ingin tinggal bersamanya.
“G-gadis itu ingin tinggal bersamamu?!”
“Eh? T-tenangkan dirimu, Nakashima-san—“
“—Bagaimana aku bisa tenang jika ada gadis yang mengatakan ingin tinggal denganmu! Apalagi kau ini laki – laki—“
“Etto… Nakashima-san tenanglah sedikit…”
“—Aku akan melindungimu dari gadis itu!”
‘Ahhh.. sepertinya dia tidak bisa tenang lagi…’
Saat itu juga, Kameko tidak berhenti mengoceh tentang gadis yang di temui oleh Shin.
“Ano Nakashima-san—“
“APA?!”
Menakutkan, itulah yang ada dipikirannya. Tapi dia harus tetap mengatakan sesuatu pada teman masa kecilnya itu.
“Ngomong – ngomong… Apa PR musim panasmu sudah selesai?”
“…….”
“Haahh~”
“——“
“Tunggu sebentar…”
Lupa akan PR adalah kebiasaan Kameko, Padahal libur musim panas akan segera berakhir dan dia belum mengerjakan satu kata pun pada PRnya
“——“
Masih terus mematung memikirkan PR yang belum dia kerjakan. Di sisi lain, Shin turun dengan membawa buku yang berisikan PR musim panasnya, kemudian memberikan buku itu pada Kameko.
“…Ini, kau boleh melihatnya…”
“Waah~”
Matanya berbinar – binar melihat buku itu, bagaikan sebuah emas yang di berikan kepadanya. Lalu Kameko memeluk Shin dengan girang.
“Arigatou~ Kiyomizu-kun~”
“Ah— um— y-ya, sama – sama Nakashima-san…”
Wajahnya tersipu akibat ulah temannya itu. Walaupun Kameko memiliki sifat ceroboh dan terkesan agak menyebalkan tapi dia juga memiliki sifat yang lucu juga, seperti saat ini.
Triiriitt triiiriitt~
Suara dari smartphone menghentikan kegiatan mereka dan alhasil membuat suasana mereka menjadi canggung.
‘Takeda-san…?”
Takeda-san adalah salah satu teman yang ada di tempatnya bekerja sambilan.
“….Maaf, aku angkat telpon sebentar—“
“Um.. ya… aku juga ingin membereskan piring dulu…”
Mengangkat panggilan masuk di smartphone nya.
“—Moshi – moshi, Takeda-san, ada apa?”
Di dapur, Kameko masih terus tersipu malu, mengingat tindakan yang di laukannya tadi.
‘Apa yang ku lakukan… tiba – tiba memeluk Shin…’
Ting toongg~
“Siapa?”
Kameko membukakan pintu.
“—Okaa-san?”
“Kameko, apa Shin ada? Bagaimana keadaannya?”
“—Di dalam, keadaannya bak – baik saja… sedang mengangkat telpon dari seseorang”
“Souka na… kalau begitu bisakah kamu membantu ibu berbelanja?”
“Baiklah—“
“Ini daftar bahan belanja yang nantinya dibeli”
Kameko melihat daftar isi belanjaan tersebut sebentar.
“Baiklah, akan aku segera pergi”
Ibunya Kameo berjalan lebih mendekat ke arahnya, lalu membisikkan sesuatu.
“…Jangan lupa juga mengajak Shin-kun… anggap saja ini kencan…”
Lalu ibunya mengedipkan mata dan pergi meninggalkan Kameko.
“…..”
Terdiam dengan wajah blushing.
“Kameko, siapa yang datang? Apakah bibi?”
“—A-yah…”
“Apa yang dikatakannya?”
“Ibu menyuruhku berbelanja—“
Kameko memperlihatkan daftar belanjanya kepadanya
“Kebetulan sekali! Aku juga ingin berbelanja hari ini”
“…...”
Kameko menatap Shin yang berbicara sambil tersenyum.
“Ayo kita berbelanja bersama—“
“Um!”
“Baiklah! Tunggu sebentar, aku akan bersiap - siap—“[—Siang hari, di pusat Kota Kongou—]
Kota Kongou, yaitu salah satu kota di Pulau Sho terletak pada tenggara Prefekur Hyogo. Pulau buatan yang dibuat oleh petinggi Jepang dulunya di karena ‘kan dulu di Jepang terdapat banyak manusia dan makhluk supernatural, banyaknya manusia dan makhluk di luar nalar yang terus bertarung untuk menunjukan diri siapa yang paling kuat dan membuat sebagian manusia normal merasa terancam, membuat pemerintahan Jepang membangun sebuah pulau buatan. Walaupun demikian, setelah pulau tersebut di bangun, masih saja banyak permasalahan yang timbul di pulau itu, pertumpahan darah terjadi membuktikan diri kepada mereka siapa yang lebih pantas menjadi seorang pimpinan di pulau itu, sehingga pada saat itu pulau tersebut mendapat julukan Kuroi Shima. Hingga pada akhirnya, seorang yang kuat dan bijak muncul, mengalahan mereka yang angkuh pada kekuatan yang seharusnya tidak di gunakan unuk saling membunuh mendapakan kekuasaan pada pulau itu. Orang terkuat tersebut membuat kebijakan agar tidak adanya pertumpaan lagi. Kebijakkan yang d buat adalah, setiap makhluk yang tidak berbenuk manusia di haruskan menyamar menjadi manusia dan manusia yang memiliki kekuatan supernatural di larang menggunakan kekuatannya. Jadi, sekarang pulau itu tidak lah berbeda dengan pulau biasa lainnya dan membuat banyak warga normal lainnya datang untuk menetap di pulau itu.
“Mmmm…”
Shin menggumam melihat – lihat keadaan kota sekitar, kerumunan orang yang berjalan teratur, kafe dan toko yang terlihat ramai di kunjungi
“…..”
Kameko terus memandangi Shin melalui ekor matanya
“Sebaiknya kita mendahulukan daftar belanja yang ingin d beli ibumu”
“—Ah ya!,”
Kameko yang tersipu langsung meluruskan pandangan matanya ke depan. Lalu menunjuk salah satu pusat perbelanjaan di sekitar mereka.
“Sebaiknya kita kesana saja—“
“Baiklah! Ayo!”
Mereka masuk ke tempat itu, mencari beberapa barang yang di butuhkan, sambil mencoba beberapa pakaian yang berada di toko itu lalu bermain di Game Center, terkadang Kameko kalah dalam permainan itu dan meluapkan kekesalan karena kalahnya kepada Shin. Dia tertawa melihat kelakuan Kameko yang menurunya lucu itu, tidak menyerah hanya sampa disitu Kameko menganjaknya Shin ke salah satu permainan dance dan mereka menjadi pusat perhaian karena keahlian mereka dalam memainkan game tersebut.
“Hahh~ hari ini benar – benar sangat menyenangkan”
“Umm…”
“—Aku sampai kelelahan begini”
Mereka duduk berdua di salah satu kafe di sekitar tempat itu.
“…Bagiku ini seperti kencan…”
Kameko bergumam sangat pelan.
“Apa?”
“T-tidak! Aku juga merasa kalau ini adalah hari yang menyenangkan—“
“Benar sekali!”
Shin meminum soda dingin begitu juga dengan Kameko. Terlihat barang belanjaan mereka yang ada di bawah, mulai dari bahan mentah sampai pada pakaian dan lainnya.
“Kameko-chan!”
Kameko melihat ke asal suara yang memanggil namanya.
“Aya-chan!”
“Fukada-san!”
“Apa yang kalian lakukan disini? Atau jangan – jangan kalian sedang kencan—“
“—Tentu saja bukan!”
“Aaa~ benarkah~? Sayang sekali jika kalian tidak berkencan..”
Shin hanya melihat peambicaraan perempuan itu dengan agak canggung. Fukada Aya adalah classmate mereka.
“Ternyata begitu…”
“Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?”
“Ah itu, aku juga sedang berbelanja dengan adikku dan sekarang ingin beristirahat”
“Perkenalkan, namaku Fukada Chiko— Adik dari Fukada Aya-onee-chan”
Dengan sedikit membungkuk Chiko memperkenalkan diri
“Yoroshiku ne, Chiko-chan!”
“Salam kenal Fukada-chan, namaku Kiyomizu Shin”
“Baiklah, Salam kenal Onii-san”
Dengan wajah senang Chiko memanggil Shin dengan sebutan ‘Onii-san’ yang membuatnya sedikit malu.
“Kameko-chan, boleh kami bergabung dengan kalian?”
“Tentu saja! Silahkan!”
Siang itu, adalah hari dimana mereka berkumpul dan bersenang – senang bersama, matahari yang terik di musim panas itu sangat menyengat tetapi tidak sedikit dari orang – orang disana yang menghabiskan waktu di luar, berjalan – jalan di kota bersama teman atau kerabat mereka menikmati liburan. Walaupun tidak sebanyak mereka yang menghabiskan waktu di pantai seperti Takeda dan teman kerja sambilan Shin lainnya yang sekarang sedang berjemur.
Bagian 2
Jam sudah menunjukkan pukul 05.45PM, Shin dan Kameko berjalan menuju rumah, mereka berbincang – bincang dan membahas lagi pembicaraan mereka di kafe tadi siang.
Sesampanya di sekitar rumah.
“Aku duluan, Kiyomizu-kun”
“Um! Sampai ketemu lagi”
Kameko melambaikan tangannya pada Shin yang berjalan menuju rumahnya.
Membuka pintu rumahnya.
“Aku pulang!”
Melepaskan sepatunya, lalu merapikannya kembali.
“Hah~ hari ini sangat melelahkan...”
Menghidupkan lampu dan berjalan ke refrigerator memasukkan bahan makanan dan minuman yang dia beli bersama Kameko
“…Ku rasa tidak perlu masak malam lagi…langsung mandi saja—“
Dikamar mandi.
“Ahh~”
Merendamkan diri di bathtub membuang semua rasa lelahnya hari ini, dia teringat lagi tentang kecelakaan yang menimpa orang tua dan kakak perempuannya. Dirinya masih penasaran dengan alasan kenapa kecelakaan itu bisa terjadi dan kenapa sampai sekarang pelaku yang membuat kecelakaan itu tidak bisa di ketahui. Bukankah sudah jelas saksi mata yang mengatakan tentang makhluk aneh yang mendekati mobil keluarganya itu sebelum kecelakaan terjadi.
“Jika benar itu bukan manusia, seharusnya pihak keamanan supranatural bisa mengatasinya…”
Keluar dari kamar mandi, melilitkan handuk di pinggulnya, berjalan menaiki tangga menuju kamarnya
.“Nnn?”
Disaat berjalan menuju kamarnya, Shin melihat salah satu kamar yang biasa kosong terbuka, dengan rasa penasaran karena kamar yang tidak pernah di tempati itu terbuka walau cuma sedikit dan terlihat hanya seperti celah saja. Dia mencoba sedikit menginip.
Gelap.
Tidak terlihat apa – apa.
Itu lah yang dipikirannya
“…Sepertinya harus sedikit dibuka…”
Dengan rasa penasarannya, ia membukanya perlahan, sangat perlahan, dan…
Terlihat, mata hijau menyala dari kejauhan, walau tidak tampak tidak begitu jelas.
Melihat mata tersebut, Shin mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain, mencari suatu hal lagi yang ada di kamar tersebut.
Lalu mengarahkan pandangannya ke sosok mata tersebut.
Hilang.
Sesosok mata itu tiba – tiba hilang, dengan misteriusnya, lalu..
“HAH!”
“Grrraooonnngggg!!!”
Seekor kucing melompat ke arahnya dan ingin mencakarnya dengan cepat
Dengan cepat juga, Shin segera menghindar dari cakaran kucing itu.
“—Aduh!”
Kucing itu melihatnya sebentar, dan lalu pergi.
“Ternyata hanya kucing…”
Sambil mengusap bokongnya yang sakit akibat terjatuh dengan posisi duduk.
“…Darimana kucing itu bisa masuk…”
Berniat mau menutup pintu kamar itu lagi.
Srreeettt~
“Huh?”
Merasa mendengar susatu dari kamar itu, kembali Shin merasa ‘kan hal aneh yang ada di kamar itu lagi.
Masuk ke kamar.
“Siapa?”
Tidak ada jawaban.
Buug!!
Suara benda jatuh terdengar.
“Siapa?!”
Shin bertanya sambil menekan sekelar lampu.
Terlihat!
Kulit putih
Rambut hitam panjang
Mata hazel
Yang sedang menempatkan badan dengan kedua lututnya yang terlipat, berumpu pada kedua kakinya dengan bokong yang tidak mengenai lantai lalu tangan yang terjulur kearah buku yang ada di lantai, lalu melihat kearah Shin.
“—PEREMPUAN!!!”
“Berisik”
Gadis itu berbicara dengan nada suara yang monoton.
Shin terkaget dengan adanya seorang gadis yang ada tiba – tiba saja berada di rumahnya
Teringat lagi dipikirannya sang gadis yang pernah berjumpa dengannya di taman waktu malam itu.
“Kau!! Gadis yang waktu itu ‘kan?”
“Huh?”
Hanya menjawab dengan nada monotonnya lagi.
“Bukan ‘huh’! K-kau, apa yang kau lakukan di rumahku, di kamar kosong ini?”
“Aku akan tinggal disini”
Dengan polos gadis itu menjawab.
“Hah?”
Diruang tengah.
Gadis itu memberikan surat kepada Shin.
“Dari siapa ini?”
“Dari pamanmu”
Membuka surat lalu membacanya
‘Apa kabarmu Shin? Semoga baik – baik saja. Paman menitipkan salah satu anak dari kerabat dekat paman, dia akan tinggal bersamamu dan akan sekolah ditempat yang sama denganmu, gadis itu seumuran denganmu Jadi tolong jaga dia, jangan lupa ajak dia berkeliling agar dia tau banyak tempat di daerahmu, paman juga akan mengirimmu uang unuk kebutuhan hidup bersama gadis itu. Jadi, tolong jaga dia. Dari pamanmu yang berada di Tokyo.”
“hah~”
Surat itu di sertai dengan tanda tangan dari pamannya.
Melihat kearah gadis itu, lalu melihat ada kertas halaman selanjutnya dari surat itu, lalu membacanya lagi
“Catatan: jangan lakukan hal yang tidak senonoh pada gadis polos itu, walaupun paman tau kau masih pada masa puberitas.”
“…Catatan seperti apa ini… hah~”
“…….”
“Di surat ini paman tidak memberitahu siapa namamu”
Menatap kearah gadis itu, dan dibalas dengan tatapan polosnya.
“—Kalau aku boleh tau, siapa namamu?”
“Yamide Yuukina”
“Baiklah Yamide-sa—“
“Yuukina”
“Hah?”
“Tolong panggil dengan nama depanku”
“—Tidak – tidak! Aku tidak bisa semudah itu memanggil nama depan orang…”
“Mmm?”
Yuukina memiringkan kepalanya bingung.
“kenapa?”
“—Itu karena aku belum akrab denganmu…”
Terus memasang ekspresi polosnya.
“Kalau begitu, kita akan tinggal serumah.. dan pastinya kita akan akrab dengan cepat”
Shin langsung berdiri dari duduknya dan menyanggah perkataan Yuukina.
“Bukan begitu—“
“Lalu?”
Shin membuang arah pandangannya dari Yuukina ke samping
“…Itu karena kau perempuan..”
“Lalu?”
“—Tentu saja dengan aku memanggil nama depanmu akan menimbulkan kesalah pahaman!”
“Tidak masalah”
“Bagiku itu masalah!”
“Panggil dengan nama depanku—“
Yuukina menatap Shin dengan tatapan tajam, membuat Shin terkaget dengan tatapannya
“B-baiklah!”
Yuukina menunggu Shin memanggil namanya masih dengan tatapan tajamnya.
“Y-yuukina…”
“Sekali lagi”
Menutup matanya lalu membukanya lagi, menatap Yuukina
“Yuukina”
“Baiklah, salam kenal Shin-kun”
Yuukina mengucapkan salam lalu tersenyum manis, membuat Shin tersipu dengan senyumannya itu.
“Mulai saat ini, mohon bantuannya ya”
“—Baiklah!”
Kembali ke kamar awal bertemu dengan Yuukina.
“Jadi kau akan tidur di kamar ini?”
“um!”
“Begitu ya… Silahkan saja pakai kamar ini”
Menatap Yuukina yang akan membereskan kamarnya
“Silahkan beristirahat, lagi pula ini sudah malam”
“……”
“—Selamat malam”
“……”
Tidak ada Jawaban dari Yuukina yang masih sibuk menyusun barang – barangnya.
Menutup pintu kamarnya, ketika pintu hampir tertutup
“Selamat malam”
Yuukina membalasnya dengan suara pelan
Melihat kearah Yuukina, lalu tersenyum sambil menutup pintu kamarnya.
“Ya…”
Shin berjalan menuju kamarnya
“Benar juga— ternyata aku lupa berpakaian sebelum berbicara panjang dengannya…”
Merasa ternodai oleh tindakan cerobohnya, membiarkan gadis yang belum dia kenal lama melihatnya hanya mengenakan handuk saja.
Di di di dit di di di dit~
Di pagi, hari suara alarm dari sebuah kamar terdengar, menunjukkan pukul 5.01AM
“Hoaamm~”
Terdengar suara Shin yang menguap
Dia bangun lalu duduk di pinggiran kasurnya, melihat foto yang ada di meja kamarnya.
“…Aku harus berangkat kerja sambilan hari ini…”
Shin keluar dari kamar lalu turun melalui anak – anak tangga, mencium aroma sedap dari bawah, tepatnya dari dapurnya
“Ohayou, Shin-kun”
Yuukina mengucapkan salam dengan senyuman
Membalas dengan senyum, Shin juga menjawab salam dari Yuukina.
“Ohayo Ya-Yuukina—“
Sebelum diberi deathglare, Shin langsung memperbaiki cara dia menyebutkan nama Yuukina.
“Ayo kita sarapan”
“—Yuukina”
“Um..”
“Hari ini aku akan keluar…”
“Kemana?”
Yuukina menatap Shin
“Ke tempat kerja sambilan”
“Aku baru tau kalau Shin bekerja sambilan”
“Begitulah”
Mereka mengobrol sambil sarapan, dan Shin menjelaskan kepada Yuukina kenapa dia kerja sambilan.
“Ternyata begitu. Aku berpikir selama ini Shin-kun terus mendapatkan kiriman dari paman itu”
“Tentu saja tidak, dia baru mengirimnya selama kau tinggal disini”
“Kalau begitu tentang keluarga Shin—“
Shin langsung tertunduk dengan pembahasan yang akan di bahas Yuukina
“Maaf”
Masih tertunduk
“Maa—“
“Yah, aku tidak apa – apa…”
Shin mengangkat kepalanya menghadap Yuukina kemudian tersenyum, tapi dengan tersenyum yang di paksakan.
Membuat Yuukina sedikit merasa kasihan melihat Shin
Gadis itu berdiri, berjalan kearah Shin, duduk di sampingnya kemudian merentangkan kedua tangannya menarik kepala Shin dan memeluknya.
Seketika membuat Shin tertekun
“Tenang saja… sekarang aku ada disini, dan akan menjaga Shin-kun agar tidak lagi kesepian…”
Pelukan hangat itu, membuat Shin merasa nyaman dan merasa terlindungi.
“Ya…”
“……”
Tersadar.
Shin langsung blushing dengan apa yang Yuukina lakukan, dengankan gadis itu hanya diam tanpa ekspresi.
“A-aku harus segera mandi, jika tidak aku akan telat kerja!”
“Baiklah”
Shin meninggalkan Yuukina dan bergegas menuju kamar mandi
“Apa yang barusan ku lakukan...”
Berjalan menutup mulutnya dengan perasaan malu.
Shin memakai sepatunya, dengan Yuukina yang berdiri di belakangnya
“Yuukina, apa kau bisa menjaga rumah sendiri?”
“Tidak apa – apa, aku bisa sendirian”
“Jika ada orang aneh yang mencurigakan datang dan mengetuk pintu, sebaiknya jangan langsung dibuka pintunya…”
Shin mengingatkan dengan panjang apa – apa saja yang tidak boleh di lakukan Yuukina saat dia tidak ada di rumah.
“Baiklah, aku mengerti”
“Syukurlah! Aku berangkat!”
“Um.. Hati – hati di jalan”
[Di tempat kerja 08.12AM]
“Ohayou!”
Dengan serentak pekerja yang lain menjawab “Ohayou, Kiyomizu-kun”
“Kiyomizu-kun, tolong langsung bantu yang lainnya, ya”
“—Baik!”
Shin bekerja sebagai maid cafĂ© di salah satu kafe yang semua opelayannya laki – laki.
Menerima pesanan, membawa pesanan serta melayani para pelanggan adalah pekerjaan Shin sejak dia pertama kali masuk SMA, sampai terkadang ada pelanggan wanitanya yang meminta hal aneh sperti sekarang, Shin menyuapi salah satu pelanggan wanitanya.
“Ojou-sama.. aaann~”
“Annn~”
Teman kerjanya yang lain melihatnya dengan perasaan ingin tertawa.
“Hey, lihatlah— bagaimana cara Kiyomizu-kun melayani pelanggannya…”
“Hahaha.. Dia benar – benar populer di kalangan pelanggan wanita kita”
Shin datang menuju teman yang membicarakannya tadi.
“Hah~ Pelanggan disini tetap saja menginginkan hal yang aneh…”
“Itulah yang terjadi jika kau bekerja sebagai pelayan pria”
“Tapi Hasegawa-senpai, sepertinya kau tidak terlalu banyak bekerja hari ini”
Hasegawa Jiro, pria berambut blonde bermata biru itu adalah teman kerja Shin yang lebih tua 5 tahun darinya, namun selalu membibingnya dalam bekerja, Jiro adalah pegawai tetap di kafe ini.
“Tapi tetap saja mereka akan membuatku menjadi laki – laki Masokis nantinya…”
“Hahaha.. Walaupun kau mengeluh tentang pelanggan entah mengapa kau sangat senang dengan pekerjaan ini”
“Entahlah, ku rasa mungkin karena sudah merasa nyaman bekerja disini, Samurakami-senpai…”
Rambut cokelat, layaknya orang Jepang pada umunya, Samurakami Hisao sama seperti Jiro. Pegawai tetap dan teman Jiro sejak pertama bekerja di kafe ini.
Hingga sore tiba, di ruang ganti pakaian.
“Kiyomizu-kun—“
“Ya? Ada apa Takeda-san?”
“Malam ini bisakah kau menggantikan ku untuk menjaga kafe? Aku ada keperluan keluarga malam ini..”
“Ano… soal itu…”
“Tolonglah, malam ini saja”
Takeda memohon pada Shin, agar dia mau menggantikannya untuk menjaga kafe.
“Hah~ Baiklah—“
Wajah berbinar – binar langsung terlihat di pada Takeda
“Takeda-san, kau sangat licik menyuruh juniormu untuk menggantikanmu menjaga kafe, menyuruhnya karena kau tau dia tidak akan menolak permohonanmu itu…”
Menutup wajahnya dengan tangan kanannya membuat rawut wajah kecewa kepada Takeda, Jiro mengatakannya dengan nada sedikit mengejek.
“Jiro-san, kau tidak tau betapa mengerikannya memiliki istri yang manja— Jika kau tidak menurutinya itu akan menjadi bencana besar—“
Berbicara dengan nada dan wajah yang dibuat menakutkan
Shin membuka smartpone nya mencari nomor yang ingin di telponnya.
“—Tapi sebaiknya aku meberitahu Yuukina kalau aku tidak akan pulang mana ini..”
“Yuukina!!”
Semuanya serentak mengulangi nama yang di sebut oleh Shin
“Eh?”
Dengan raut bingung Shin melihat mereka, mereka dengan wajah shock itu trlihat mengerikan di mata Shin.
“Hoy hoy, ternyata anak muda sekarang terlihat lebih berani dari yang ku pikirkan”
Takeda berbicara sambil merangkul tangannya pada pundak Shin.
“—Apa kau membawa seorang wanita kerumahmu, Shin?”
Terus masih menggoda Shin yang masih mengerti dengan apa yang merka maksud.
“Apa maksud—“
Tersadar dengan apa yang telah dai ucapkan, Shin langsung malu. Menjauhkan diri dari rangkulan Takeda
“B-bukan begitu!”
“Jadi, bisa kau jelaskan pada kami Shin—“
Mereka mengelilingi Shin dengan aura iblis hitam, mata yang mengerikan seperti iblis yang hendak melahap mangsanya.
Di bawa duduk oleh mereka yang tidak sabar mendengar cerita Shin. Pemuda SMA baik kini terlintas dipikiran mereka menjadi anak SMA yang nakal yang suka membawa seorang perempuan kerumahnya.
“B-begini, gadis itu… bla bla bla bla bla bla—”
Shin menjelaskannya dengan cepat, mereka yang mendengarkannya mengangguk – angguk seperti mengerti dengan keadaan yang di alami olehnya.
“Ternyata begitu…”
“Lalu, apa tidak apa – apa meninggalkannya sendiri dirumah?”
“Mau bagaimana lagi, Takeda-san ada urusan keluarga jadi aku harus menggantikannya menjaga kafe…”
Melirik Takeda yang pura – pura tidak tau
“Baiklah, jika itu keingnanmu. Tapi sebaiknya kau juga harus lebh berhati – hati dalam menjaga kafe…”
Jiro menatap Hasio meminta persetujuan mengatakan sesuatu, lalu mengangguk dan menatap ke arah Shn dengan tatapan serius.
“Begini, akhir – akhir ini banyak rumor yang mangatakan bahwa ada makhluk aneh yang suka mencuri beberapa orang, kami mengetahuinya setelah mendapatkan informasi lanjutnya dari salah satu pelanggan kita…”
Jiro kembali melanjutkan ceritanya
“… Dan baru ini, salah satu dari pelanggan kita juga telah di curi… itu tepat saat dia pulang dari kafe kita…”
Shin menatap Jiro serius, dia meneguk ludahnya. Memikirkan kembali resiko yang akan dia dapat jika menjaga kafe
“Aku akan tetap menjaga kafe ini—“
Jawabnya mantap tanpa ada keraguan
Mereka saling tatap menatap yang lainnya, mengangguk memberi persetujuan
“—Baiklah, tapi kau harus tetap hati – hati, bagaimana pun juga, kau sudah kami anggap seperti adik kami sendiri”
“Arigatou!”
Menjawab dengan senang dngan apa yang di katakan teman yang mengkhawatirkannya.
Malam telah tba, satu persatu kariyawan pun pulang.
“Termakasih atas kerjanya!”
“Shin kami pulang duluan”
“Ya!”
“Jangan lupa mengunci pintunya dari dalam”
“Serahkan saja padaku!”
Mengacukan jempol kepada mereka , lalu ikut keluar melalui pintu kariyawan
Mereka melambaikan tanga kepada Shin sebelum pergi hingga mereka tidak terlihat lagi dari pandangan Shin
“Huh? Menjaga kafe ya”
Masuk kedalam kafe, mengunci pintunya dari alam an Shin duduk di bangku dapur
“Ah! Benar juga, aku lupa menelpon Yuukina..”
Di ambilnya smartphone miliknya, mencari sebuah nomor yang ada di contact.
“Nnnnn…”
Dia mengklik icon dial
“……”
Mengarahkan smartphone nya dekat dengan telinganya
“Mosho – moshi”
Suara seorang perempuan pun terdengar dari smartphone itu
“—Ah! Yuukina, ini aku. Shin!”
“Ada apa Shin-kun?”
Suara yang terdengar dari sebereang sana pun terengar teteap monoton
“Begini, mala mini aku tidak akan pulang kerumah—“
“Begitu”
“—Jadi, untuk malam ini, maaf! Aku meninggalkanmu sendirian di rumah”
“…..”
Terdiam, suara itu tidak terdengar lagi.
“Yuukina?”
“Aku mengerti”
“Syukurlah..”
“……”
Mereka berdua terdiam kembai.
“Yuukina?”
“Apa?”
“Tidak. Tidak ada apa – apa”
“Hm, baiklah”
“Berhati – hati lah saat aku tidak dirumah”
“Ya”
“Baguslah, sampai nanti”
Ya”
Telpon pun terputus, mengakhiri pembicaraan mereka.
“Menjaga kafe…”
Dia berjalan- jalan melihat setiap ruangan yang ada disitu, dimulai dari dapur, ruang ganti lalu naik ke lantai dua kafe itu.
“…Jarang sekali aku melayani pelanggan di lantai atas ini…”
Di lantai dua itu, terdapat pancuran yang kecil, interior yang teratur.
“Jika ada waktu, aku akan mengajak Yuukina ke kafe ini nantinya…”
Ruangan gelap, hanya terlihat cahaya dari layar tv, cahaya yang ada di depannya terpantul di matanya. Gadis itu duduk di atas sofa dengan memeluk kedua lututnya
“Membosankan…”
Yuukina, terlihat menghela nafasnya beberapa kali.
Wajah polosnya terus menghadap tv, tatapan matanya yang kosong menandakan bahwa dia tidak sedang focus melihat ke layar tv
“……”
Kepalanya bersandar pada sandaran sofa.
DEG!
Yuukina terkaget.
Jantungnya berdetak kuat secara tiba – tiba, perasaan tidak enak menghampirinya.
“Akhirnya datang juga…”
Bangkit dari duduknya dan berdiri mematung, Wajanya yang di tutupi oleh rambut yang tidak memperlihat ‘kan seluruh wajahnya tapi di sisi lain, bibirnya melekuk membut sebuah senyuman
Senyuman yang sangat dingin.
“——”
Shin hanya duduk terdiam di salah satu kursi yang ada di dapur ruang istirahat kariyawan itu sendirian, sambil memainkan smartphone nya, membaca artikel yang memberitakan tentang kejadian aneh baru ini, menghilangnya orang secara misterius.
“Apa tida apa – apa aku meninggalkannya sendirian di rumah, ya?”
Klik!
Listrik pun padam secara tiba – tiba, bukan hanya di kafe itu tapi seluruh listrik di kota itu padam dengan sendirinya
“Bagaimana ini?”
Shin menggunakan cahaya dari layar smartpone nya sebagai penerang agar tidak gelap, kemudian berinisiatif untuk mencari senter agar lebih terang.
“Dimana manager meletakkan senternya ya”
Mencari di laci meja hingga masuk kedalam gudang yang berisikan barang yang tidak terpakai
Dan senter pun ketemu
“—Ketemu!”
Klik
Cahaya senter menerangi ruangan itu
“Mmmm”
Menyenter ke beberapa arah sekitarnya
—Bayangan hitam lewat dengan cepat
“Eh”
Shin langsung mengarahkan senternya kearah bayangan itu
Tidak ada apa – apa.
Merasa ada yang menanggal, dia mendekati ke tempat dimana bayangan itu tadi lewat
“Itu tadi apa…”
—Bayangan itu kembali muncul melewati belakangnya dengan cepat
“Hah?”
Dia dengan cepat mengarahkan senternya ke arah belakang
Mulai berkeringat dingin.
“—Sebenarnya itu apa”
Braakk!
“Siapa?”
Tidak ada jawaban
Shin berlari menuju pintu belakang, melihat apakah ada orang menerobos masuk atau tidak
Dan ternyata, tidak ada tanda – tanda bahwa pintu itu telah dimasuki seseorang.
“Sebenarnya ada apa ini—“
Kembali berlari ke arah asal suara benda jatuh yang terdengar tadi.
“———“
Kursi yang sudah tergeletak di lantai
Melihat di sekelling
Tidak ada apa – apa.
Tidak ada tanda – tanda bahwa ada orang lain yang masuk ke kafe itu.
Suasana semakin mencekam di ruangan itu, keringat dingin pun terus keluar mengalir dari peilipisnya
Hingga beberapa lama Shin tetap pada posisinya, berdiri di dekat kursi yang jatuh itu sambil memegang senter
Klik!
Listrik pun kembali menyala.
“Ah!”
Seketika pandangan mata Shin terasa menyilaukan.
—Wuuussssss!
Sesuatu yang cepat datang menghampiri Shin
Terkaget, sesosok yang menghampirinya tepat berada di depannya. Dari tangannya terbentuk lingkaran sihir yang menciptakan pedang pendek
Sosok berjubah itu bersiap untuk menebas Shin
“—Heh!”
—Wuuuussssss
Pedang itu mengarah ke arah lehernya.
Menghindar sambil menutup matanya, Shin terlihat sedikit pasrah.
‘Tidak akan sempat!’
Ting!!
Pedang dari arah belakang Shin muncul dengan cepat, Pedang itu terbang dengan cepat menangkis tebasan dari sesosok makhluk berjubah itu.
“———”
Sesosok itu langsung melompat mundur ke belakang. Tatapan matanya yang merah menyala menatap Shin dengan tajam, kemudian mengarahkan pedangnya ke arah darimana pedang itu datang.
“—Eh?”
Shin juga ikut melihat mengikuti arah padang makhluk berjubah itu.
Membelalakkan matanya terkejut tidak percaya
“Yuukina!”
“……”
Yuukina yang dilihat hanya diam
“Apa yang kau lakukan disini?!”
“Hn”
Pandangan Shin kembali ke Sosok itu, melihat makhluk itu sedang mengluarkan lingkaran sihirnya, Shin langsung mundur ke belakang beberapa langkah.
“Shin”
“Ya!”
“Mundurlah”
“—Hah?!”
“……”
“—T-tapi bagaimana denganmu?”
“Sudahlah, jika ku katakan mundur sebaiknya kau mundur”
Yuukina memerintahkan Shin dengan nada yang monoton dan terkesan santai
“Apa kau tidak dengar…”
“Tapi—“
Dengan cepat makhluk berjubah itu menyerang Shin kembali
“Hyaa!”
Ting!!
Adu pedang pun terjadi di hadapan Shin
Yuukina dan sosok berjubah itu terus beradu pedang. Shin yang shock melihat Yuukina hanya terdiam membatu.
Sesosok makhluk berjubah hendak menebas Yuukina dengan brutal namun dengan mudah Yuukina dapat menghindarinya. Menghindar kekiri dan kekanan, menangkis serangan yang datang kepadanya dengan pedang lalu membalasnya dengan serangan menusuk.
Jleebb!
Yuukina berhasil mengenai bahu kanan makhluk berjubah itu, lalu dengan cepat sesosok itu mundur kebelakang dengan memegang bahu kanannya yang mengeluarkan darah
“Yuukina…”
Shin langsung jatuh terduduk melihat Yuukina yang berjalan dengan menghunuskan pedang ke arah lawannya tersebut.
“Menyerahlah”
“Hm, gadis kecil… apa kau pikir kau bisa mengalahkanku…”
Suara dari sesosok itu terdengar untuk yang pertama kalinya.
“Hm”
“—Dia berbicara…”
Mereka semua berdiam diri
“Yuukina…”
Shin bangun dari duduknya, memegang kedua lututnya lalu menegakkan badannya
“Sepertinya pemuda itu tidak tau apa – apa”
“Yuukina… apa yang dimaksudnya?”
“…..”
Masih bingung dengan situasi yang terjadi, tetapi Yuuki tetap tidak menjawab pertanyaan Shin.
“Hm— sudah kuduga…”
Makhluk itu tersenyum
“Apa kau tidak memberitaunya—“
“……”
“Bocah, apa kau tau—“
Yuukinan masih terdiam dengan menodong pedangnya kea rah lawannya
“—Di dalam tubuhmu terdapat benda abstrak yang di butuhkan oleh setiap makhluk yang menginginkan kekuatan”
Terkejut dengan apa yang di katakan mahluk itu, Shin terbelalak
“Dan Gadis ini, juga menginginkan kekuatanmu!”
Kembali terkejut! Melihat ke arah Yuukina
Yuukina tidak berpaling dari lawannya dan tetap menoongkan pedangnya lebih dekat pada makhluk itu.
“Yuukina…”
“Nn”
Melihat ke arah Shin dengan tatapan yang dingin.
“Bocah, apa kau tau—“
“———“
“Gadis ini juga ingin membunuhmu—“
Sesosok itu menunjuk Yuukina.
“—Hah?”
“Itu sebabnya dia datang kepadamu”
Tidak percaya dengan apa yang dikatakan makhluk berjubah itu
Merasa hal buruk terus menimpanya membuat mental Shin terus semakin menurun
“Yuukina..? katakan bahwa itu bohong…”
“……”
Tidak mendapat jawaban apa – apa dari Yuukina membuatnya terdiam seribu bahasa dan merasa kecewa.
Yuukina, terlihat menundukan kepalanya, tidak berani melihat reaksi kecewa dari Shin
“Kau lihat sendiri bocah! Dia tidak menjawabmu”
Dia mengarahkan pedangnya semakin dekat kepada makhluk itu.
“DIAM!”
Shin yang berada di belakangnya, mendengar suara Yuukina menjadi tertegun dan langsung melihatnya.
“Kau yang tidak tau apa – apa sebaiknya diam saja!”
Dia mengacungkan pedangnya keleher makhluk itu
“HAHAHAHAHAA!”
“Apa yang kau tertawakan?!”
Tatapan mata merah menyala dari makhluk itu menatap Yuukina dengan tajam
Makhluk itu melompat mundur kebelakang
“Apa?!”
“Kita akan bertemu lagi”
“—Tunggu!”
“Sampai bertemu lagi pengendali pedang gelap”
Makhluk misterius itu melayang di ruangan kafe lalu mengeluarkan lingkaran sihirnya kemudian lingkaran sihir itu menutupi tubuhnya dan menghilang.
Mengeluarkan lingkaran sihirnya, Yuukina hendak mengejarnya.
“Tunggu Yuukina…”
“Eh?”
Yuukina melihat ke arah belakangnya, melihat Shin yang tertunduk dan terdiam.
“Jangan pergi dulu…”
“———“
“Bisa tolong jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi…”
Yuukina berniat untuk tidak menghiraukan permintaan Shin dan ingin mengejar makhluk misterius itu
Lingkaran sihir itu keluar dari bawah kakinya
“Kumohon…”
Tertegun.
Yuukina menghentikan pergerakannya
“…bukankah kau bilang jika kau ingin menjagaku”
Lingkaran sihirnya menghilang
Di ruangan sepi itu mereka terdiam, tetap dalam keadaan berdiri dengan Shin yang menundukkan keplanya. Kursi yang tergeletak di lantai akibat perbuatan makhluk tadi masih tetap pada posisinya. Rumngan itu tetap utuh seperti awalnya tanpa ada barang lain yang rusak.
Bagian 3
Di sebuah gedung, dengan aura gelap
Di lorong gedung itu derap langkah kaki terengar menggema
Sepi
Gelap
Dan, hawa yang mematikan terdapat di ruangan itu.
Langkah kaki itu terus melangkah
Berdiri di depan pintu
Kreeeeet~
Pintu itu di buka
Jubah sesosok itu terkibar akibat angin yang datang dari ruangan itu
Di dalam ruangan itu, terhubung dengan dunia lain
Tempat yang di penuhi bebatuan dari gunung vulkanik, jalan yang hanya ada satu arah menuju sebuah tempat yang terdapat sessosok gelap duduk di sebuah kursi megah dengan kaki menyilang
“Tetap saja seperti biasa…”
Lalu dia melangkah menuju sesosok hitam itu, mengikuti jalan satu arah itu
Di bawah jalan itu, terdapat larva yang sangat panas yang mendidih sehingga seperti ingin berbentuk seperti balon dan ketika hampir terbentuk balon lalu meletus kembali
Langkahnya terhenti tepat di dekay anak tangga yang terbuat ari bebatuan
“Aku kembali!”
“Hm”
Suara sesosok gelap itu terdengar menggema
“Ternyata benar apa yang kau katakan, tubuhnya memiliki sesuatu yang kita butuhkan”
“Lalu, kenapa kau tidak membawanya kehadapanku!”
“Maaf, ada seorang gadis yang menggangguku”
“Apa kau kalah hanya dengan seorang gadis?”
Dia melepaskan jubahnya
Seorang pria dengan tubuh kekar, wajahnya yang terlihat seperti monster dan memiliki ekor seperti serigala, sesosok siluman.
“Tapi gadis itu benar – benar sangat merepotkan”
“Kau ini sangat lemah”
“Maafkan aku, lain kali aku akan menangkap bocah itu lagi”
Siluman itu bersujud, lututnya menjadi tumpuan di tanah dan menunduk
“Kiyomizu Shin, sangat menarik…”
Suara itu bergema, dengan diringi dengan suara tawanya yang juga menggema.
Sunday, 3 December 2017
Prolog
Di pagi hari, tepatnya di sebuah rumah dengan cat berwarna cream, les dan pntu yang berwana coklat serta berpagarkan tembok abu – abu yang membatasi antara lingkungan rumah itu dan jalan. Pada tembok itu bertuliskan ‘Kiyomizu’, nama dari keluarga sang pemilik rumah.Halaman di sekitar bangunan rumah terlihat sangat fresh dengan pemandangan hijau hingga pohon sakura yang berada di halaman tersebut.
“Hmm~ hm~ hm~ hm~ hmm~”
Di ruangan yang penuh dengan peralatan memasak, seorang wanita tengah sibuk dengan pisau, tangannya yang asyik mengiris sebuah bawang di atas cutting board itu terlihat anggun seperti tangan seorang juru masak professional. Dia meletakkan teflon di atas kompor lalu menyalakannya dengan menekan tombol yang ada di kompor tersebut dan mengatur radius panasnya hingga membuat api yang berwana jingga dengan ujung berwarna biru itu yang semulanya kecil menjadi lebih besar.
“Apa mereka sudah bangun ya?”
Wanita itu bermonolog, sambil memasukkan irisan bawang itu ke dalam teplon yang sudah diberi minyak olehnya. Mengaduk – aduk bawang itu dengan sumpit yang dia jepit ujung atasnya di selipan antara jari tengah dan telunjuknya, juga dengan jari jempolnya guna untuk menggerakkan sumpitnya, kemudian memasukkan bebrapa bahan makanan lainnya sekaligus lalu mengaduknya lagi.
“Hmmmm~”
Dia menghirup aroma dari masakan yang dia masak sendiri, dia menyicipi maknan tersebut.
Bibirnya yang pink itu terangkat ke atas bersamaan dengan mulutnya yang terbuka.
Makanan itu masuk, dan dikunyah olehnya.
“Yosh! Sempurna!”
“Makanan buatanmu pasti selalu terasa sempurna”
Wanita itu membalikkan badannya melihat ke asal suara.
Wanita yang sebenarnya sudah berkepala tiga itu terlihat masih muda, dengan apron di yang terikat di pinggangnya. Rambut coklatnya yang di sanggul memperlihatkan lekuk leher jenjangnya. Wajahnya merona mendapat pujian dari pria yang di hadapannya sekarang.
“Anata, kau selalu saja menggodaku”
“Aku idak menggodamu, itu adalah hal yang nyata”
Pria itu berjalan ke arah wanita itu dan ikut mencicip makanan itu.
“Hmm~ ternyata benar, masakanmu yang terbaik”
“—Tunggu! Sebaiknya kau memakannya bersama anak – anak”
“Ahaha maaf, aku tidak tahan untuk tidak mencicipi makanan buatanmu”
Pria itu duduk di kursi yang berada di dekat meja makan, kedua tangannya terlipat di atas meja makan lalu mengubah posisi tangannya menjadi menumpu kepalanya, tangan kirinya membuat kepalan dan meletakkannya di dagunya. Kepalanya yang yang berposisi miring kek kiri membuat rambutnya yang berwarna coklat juga ikut jatu mengikuti kemiringan kepalanya, senyum di bibirnya terus mengembang melihat sang istri yang asyik menghidangkan makanan untuk sarapan mereka.
“Tou – san! Kaa – san!”
Seorang anak kecil berlarian dari tangga.
“Oh! Shin!”
Sang anak langsung berlari ke arah pria itu dan melompat memeluknya.
“Ohayou, tou – san!”
Anak itu berucap sambil memandang ke atasnya, melihat ayahnya.
“Ohayou Shin – kun”
Pria itu menjawab salam pagi dari anaknya.kmudian tersenyum, lalu menggendong anaknya dudukI pangkuannya
“Ohayou kaa – san!
Memberi salam pada ibunya yang bejalan ke arah mereka dengan membawa makanan dan meletakkannya di atas meja makan.
“Hai~ ohayou, Shin – kun~”
Sang ibu membalasnya kemudian tersenyum.
Anak itu melihat ke arah makanan yang sudah di sajikan oleh ibunya.
“—Whoaaaa”
Kemudian mlihat ke arah ibunya.
“Ini masakan ibu!”
“Ya!”
“Kelihatan enak~”
Wanita itu tersenyum melihat tingkah lucu anaknya yang polo situ.
“Semua ibu masakkan untuk Shin – kun, Ayah dan untuk Mirai – nee”
Wajah berbinar terlihat dari wajah anak itu.
“Shin – kun, sebaiknya cepat kau bangunkan kakakmu, jika tidak nanti kita bisa telat”
Sambil mengelus kepala anaknya, pria itu menyuruh anaknya untuk membangunkan kakaknya.
“Um!”
Anak berumur 6 tahun itu beranjak dari pangkuan ayahnya dan berlari menaiki tangga menuju kamar kakaknya
Sebagai orang tua mereka sangat senang dangan karakter anaknya yang selalu periang.
Sang istri melepaskan apronnya dan ikut duduk engan suaminya. Pria itu melihat istrinya dan tersenyum, di balaskan dengan istri yang tersenyum juga.
“Onee – chan!”
Anak itu sampai ke ujung tangga, lalu berlari menuju sebuah kamar yang pintunya masih tertutup rapat. Tangan kecilnya mengepal dan bersiap untuk mengetuk pintu kamar kakaknya.
Kreeeet~
Pintu kamar terbuka membuat anak itu mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintunya. Seorang gadis berumur 14 tahun keluar dari kamar itu. Tubuhnya yang lebih tinggi dari anak itu, rambut panjang ikal tegurai berwarna sama dengan warna rambut anak itu, yaitu coklat.
“Baiklah, baiklah… Kakak mengerti—“
Membungkukkan sedikit badannya dan mengelus kepala adiknya.
“Ayo!”
“Um!”
Mereka berdua turun berjalan melewati anak tangga selangkah demi selangkah, adik yang berjalan di belakang kakak nya menuruni anak tangga tersebut dengan tergesa – gesa, tidak sabar dengan sang kakak yang berjalan pelan di depannya.
Sesampai di akhir anak tangga, bocah itu langsung melawati kakaknya dan berlari ke arah dapur.
“—Hey, hati – hati! Itu berbahaya!”
“Thehehehe…”
Mendapat respon seperti itu membuat sang kakak menghela nafas. Berpikir mau bagaimana lagi, seperti itulah adiknya, aktif dan selalu bersemangat juga ceria.
Melihat ibu dan ayahnya sudah duduk di depan meja makan.
“Tou – san, Onee – chan sudah bangun!”
“Bagus! Kemarilah”
“Ya!”
Anak itu berjalan menuju kursinya dan duduk dengan manis. Di susul oleh kakak yang datang berjalan ke kursinya
“Ohayou kaa – san, tou – san”
“Ohayou Mirai” mereka berdua menjawab bersamaan.
Suasana di dapur itu sangat hangat, anak dan orang tua yang terlihat akrab mengobrol dan bercanda. Terkadang sang ibu memarahi mereka akibat terlalu sering mengobrol saat makan.
“Ayo cepat!”
Pria itu menyalakan mobilnya.
Anak dan istrinya yang belum masuk bergegas masuk kedalam mobil
Hari ini, mereka berempat berniat untuk pergi berlibur ketempat pemandian air panas yang memiliki penginapan. Saat berkendara pasangan suami istri itu mengobrol, sang istri yang mengajak ngobrol suaminya agar tidak merasa ngantuk di perjalanan. Mereka melawati jalan berbukitan dimana keindahan alam yang masih alami terlihat di sepanjang jalan, pepohonan yang berdaun hijau juga tampak di sepanjang jalan.
Setelah menempuh perjalanan yang jauh hingga memakan waktu selama sejam menuju ke tempat tujuan sang anak sudah tertidur, wanita itu melihat ke arah belakang dan tersenyum kemudian mengrahkan kembali pandangannya ke depan.
“Bukankah ini membahagiakan…”
Pria itu melirik sebentar ke arah istrinya, lalu kembali memefokuskan pandangannya pada jalan
“Ya, sangat membahagiakan…”
“Um, aku tidak menyangka bahwa kehidupan kita akan sebahagia ini”
“……”
“Tapi—“
“Hahh~ lihat tempat penginapannya sudah terlihat!”
“Ah! Benar—“
Wanita itu terlihat terkagum dengan pemandangan di daerah penginapan itu, penginapan yang masih terlihat tradisional dengan pepohonan di sekitarnya. Walaupun masih terlihat jauh, tapi penginapan yang berada di dataran tinggi itu masih terlihat menakjubkan
“Ne…”
“Um?”
Lebih baik sekarang kita jangan memikirkan hal itu dulu”
“……”
“Apa pun yang terjadi kedepannya, kita akan selalu bersama sebagai satu keluarga”
“Ya….”
“Sebagai kepala keluarga, aku tidak akan membiarkan keluargaku hancur dan kalau pun hancur aku tidak akan mem
Pria itu melirik anaknya melalui cermin di atasnya.
“…Bagaimana pun juga aku akan melindungi keluargaku”
Kemudian melihat ke arah istrinya dengan serius.
“Aku percaya…”
“Ya…”
“…Terimakasih”
“Waaahhhh~”
Mereka semua serentak terkagum dengan pesona pada lingkungan sekitar penginapan yang fresh, pepohonan diamana – mana, dari penginapan itu mereka juga dapat melihat sunshine dikarenakan penginapan itu berada di ataran tinggi dan mengarah ke arah barat, walaupun setelah sampai mereka tidak langsung bertemu dengan penginapannya. Mereka terlebih dahulu harus melewati jalan yang tidak beraspal dan berjalan kaki akibat jalan yang mereka lalui adalah jalan bertanah bukan beraspal
“Selamat datang”
Seorang pealayan wanita berpakaian tradsional datang menghampiri mereka
“Saya akan menunjukkan kamarnya”
“Ya, terimakasih”
Mereka berempat berjalan mengikuti pelayan itu menuju kamar yang sebelumnya sudah mereka booking
“Silahkan, ini kamarnya”
Pelayan itu membungkuk hormat
“Ah! Terimaksih”
Pria itu juga membungkukkan sedikit badannya
“Kalau begitu saya mohon permisi, selamat menikmati waktu anda dan keluarga anda”
“Ya…”
Pelayan itu pergi meninggalkn mereka yang masih berdiri di depan kamar itu
Pria itu menggeser pintu geser itu, ruangan itu kosong tidak berisikan apa pun tapi memiliki lemari yang berisikan dua futon yang masing – masing satu dari futon itu dapat menampung dua orang
Mereka meletakkan tas mereka di ruangan itu.
“Tou – san, aku ingin melihat – lihat sekeliling penginapan, boleh?”
Si anak perempuan meminta izin
"Baiklah, tapi jangan terlalu jauh. Karena kita tidak tau lokasi di tempat ini seperti apa"
"baiklah"
Sang anak mengangguk setuju dengan apa yang di katakan ayahnya, lalu berjalan meninggalkan ruangan kamar itu
"Onee - chan!"
Si adik memanggil kakaknya
"Nani?"
Membalikkan badannya melihat sang adik yang mengikutinya dari belakang
"Bolehkah aku ikut?"
Raut wajah imut memohon terpampang jelas di wajah adiknya itu. Melihat itu si kakak ingin tertawa tetapi di tahan
"Baiklah, Shin - kun boleh ikut!"
Mendapat respon positif dari kakaknya si adik tersenyum lebar dan membuat sebuah cengiran
"Ayo!"
"Um!"
Kakak memegang tangan adiknya yang mungil, mereka keluar dari ruangan kamar itu dan berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan. Adik yang terlihat lebih pendek dari kakaknya itu memegang tangan kakaknya yang tinggi membuat tangannya tergantung, dia memegang tangan kakaknya dengan kuat agar tidak tersesat.
Mereka berjalan menyusuri balkon yang ada di rumah tradisional itu melihat sekeliling halaman penginapan yang di tumbuhi banyak tanaman pepohonan. Di halaman itu terdapat sebuah kolam ikan kecil, ada beberapa ikan kecil yang berenang di kolam itu dan itu menarik perhatian sang adik untuk mendekati kolam itu
Dia melepaskan tangannya dari sang kakak lalu berlari menuju kolam kecil itu.
"Lihat Onee - chan! Banyak ikan disini"
"Mana?"
Karena penasaran si kakak juga ikut menyusul adiknya untuk melihat apa yang sudah di temukan adiknya itu, melihat ikan kecil yang banyak berenang kesana kemari.
Whooaa! Aku harus memngambil fotonya"
Mencari camera di dalam tas samping kecilnya, ternyata tidak ada ada
Sang adik melihat si kakak dengan tampang polosnya
"Tunggu sebentar disini, kakak harus kembali ke kamar"
"Kenapa?"
"Kakak meninggalkan kamera di kamar kita, dan kita harus mengambil foto ikan ini sebagai kenang - kenangan"
"Um! Baiklah!"
Sang adik mengangguk setuju dengan penjelan kakaknya.
"Tunggu disini, jangan kemana - mana, oke?"
"Um!"
Kakak pergi meninggalkan adiknya sendiri di dekat kolam kecil itu
Anak kecil yang polos itu terlihat riang melihat ikan yang berenang kesana kemari
Sreeekk!
Terdengar suara dari semak yang ada di dekatnya.
"Eh?"
Anak itu melihat ke arah semak yang bergoyang di samping kanannya.
Akibat penasaran, dia berjalan mendekati semak itu, takut -takut untuk mendekatinya.
Penasaran
Bocah itu menyibakkan semak itu sedikit, mencari - cari apa yang membuat semak itu bergoyang dengan sendiri.
Terlihat
Seorang anak kecil dengan tubuh yang lebih mungil darinya tertidur meringkuk memeluk lututnya. Tubunya di penuhi luka dan terlihat kotor itu gemetaran. Kepalanya yang bermahkotakan rambut pendek berwarna hitam itu tergeletak di atas tanah yang kotor
Matanya terbuka dengan pelan, menampakkan seorang anak kecil yang berdiri di hadapannya dengan menatap dirinya prihatin. Mata berwana hazel itu terlihat tidak memperlihatkan emosi apa - apa, yang ada hanyalah ke hampaan.
"Ano... apa kau baik - baik saja?"
Tidak ada suara yang keluar, hanya sebuah anggukan pelan yang di berikan oleh anak kecil itu.
Gruuuukkk~
Suara perut lapar anak kecil itu terdengar sampai ke pendengaran anak lelaki itu
Wajahnya merona malu
"Thehehe... apa kau lapar?"
Anak itu mengangguk dengan wajah tersipu
"—Baiklah, keluarlah dari situ"
Bocah itu memasukan tangannya ke saku celananya.
"Lihat! Aku memiliki beberapa cemilan, ayo kita makan!"
Bocah mengeluarkan cengiran khasnya kepada anak kecil itu.
Mata hazelnya menapat bocah itu, badannya bergerak perlahan keluar dari semak itu, dia merangkak keluar, di bantu oleh bocah itu yang mengulurkan tangannya kemudian di balas oleh anak itu dengan memegang tangan bocah itu. Untuk pertama kalinya bocah kecil itu melihat dengan jelas bagaimana wujud dari anak kecil itu, seorang anak perempuan yang manis. Itulah kesan pertama yang dia pikirkan kepada anak perempuan itu.
Wajahnya tersipu melihat wajah gadis cilik itu, badannya yang mungil penuh dengan luka dan kotor memakai pakaian terusan berwarna kuning dengan lengan yang tidak tertutup.
"Ah! Ayo sini!"
"Um..."
Mereka berdua memakan cemilan itu di bawah pohon yang ada di penginapan itu dengan diam. Bocah lelaki itu diam - diam melirik ke arah anak itu, dia berpikir apa yang terjadi
sampai anak itu bisa mendapatkan luka sebanyak itu.
"—Ano, apa yang kau lakukan disini?"
Anak kecil itu hanya terdiam tidak menjawab, acara makannya pun terhenti akbit pertanyaan dari bocah itu.
Makanan mereka habis, tetapi kelihatannya anak itu masih merasa lapar.
"Tunggu disini! Aku akan mengambil makanan lagi!"
Anak kecil itu terdiam dan mengangguk.
Bocah lelaki itu berlarian di balkon penginapan itu, membuka pintu geres dan masuk ke ruang kamar mereka.
"Ah! Shin - kun, ada apa?"
"Onee - chan, boleh aku minta beberapa cemilan?"
"Untuk apa?"
Sang kakak bergerak mengambilkan beberapa makanan yang ada di dalam tas mereka.
Mendapatkan cemilannya lalu berjalan ke arah bocah kecil yang terlihat ngos - ngosan itu, kemudian memberikan makanan itu padanya.
"Ini?"
"Arigatou Onee - chan!"
Bocah itu langsung mengambilnya dan pergi berlari dari tempat itu
"Sebenarnya ada apa..."
Dia kembali ke bawah pohon itu, tetapi anak kecil yang tadi bersamanya tidak ada disitu. Dia melihat kesekelilingnya, tidak ada. Kemudian dia berjalan ke arah semak dimana pertama kali mereka bertemu, tidak ada juga.
"Kemana dia..."
Bocah itu duduk bersandar di bawah pohon itu sambil memegang makanan yang dia bawa.
Malam hari, penginapan itu di penuhi oleh cahaya kunang -kunang yang berterbangan, cahaya hijau yang kecil itu terbang dengan bebasnya
Pria itu, berjalan bersama anak lelakinya dengan berpegangan tangan, berjalan di sepanjang balkon penginapan, bertujuan untuk ketempat pemandian air panas.
"Ada apa? Kelihatannya kau banyak berdiam malam ini"
Anak itu melihat ayahnya, kepalanya yang terangkat keatas melihat sang ayah yang tinggi tetapi dia hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan dari sang ayah, lalu menunduk lagi
Sang ayah yang melihat tingkah laku aneh anaknya menjadi tidak ingin melanjutkan pertanyaannya dan mereka hanya berjalan dengan diam di sepanjang jalan
Di tempat pemandian air panas terbuka.
"Wah... ternyata penginapan ini memiliki tempat pemandian air panas yang terbuka"
Pria itu, hanya mengenakan handuk yang memiliti pinggulnya. kabut tebal di tempat itu membuat seluruh area itu tidak kelihatan. Pria itu berjalan memasuki air dan di susul dengan anaknya yang berjalan di belakang.
"Hahh~ setelah menempuh perjalanan yang panjang, mengistirahatkan badan di pemandian ini sangatlah menyegarkan, benarkan begitu Shin - kun?"
"Um..."
Sang ayah bersandar di tepian kolam pemandian itu. kepalanya menengadah ke atas, melihat pemandangan langit yang di penuhi oleh bintang dan bulan yang terang.
"Shin - kun..."
Memanggil anaknya yang di balas dengan tatapan sang anak kepada ayahnya
"Apakah kamu tau, bahwa di dunia ini memiliki banyak keunikan..."
Sang anak menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari ayahnya
Jika kau sudah dewasa, ayah ingin kau menjadi lebih kuat..."
Pria itu menapat anaknya lalu meluruskan pandangannya lagi
"...Jika kamu sudah memiliki hal yang ingin kamu lindungi, suatu saat kamu akan tau apa pentingnya menjadi kuat"
"...Melindungi hal yang penting..."
"Jika kau tidak kuat, akan banyak orang yang akan tersakiti nantinya... jadi, menjadi kuatlah untuk melindungi sesuatu, bukan untuk mendapatkan sesuatu..."
Sang ayah tersenyum kepada anaknya yang terlihat masih bingung dengan apa yang di katakan ayahnya.
Malam itu, ayah dan anak menghabiskan waktu berendam sebelum waktu makan malam. Bintang yang terlihat di atas langit malam itu pun ikut serta menemani keakraban anak dan orang tua itu….
Subscribe to:
Comments (Atom)